Fenomena Jenazah Para Kudus Yang Tak Rusak
Author Saint Angelus · On Tuesday, December 10, 2019
Sepanjang sejarah Gereja, kita jumpai adanya fenomena yang menarik, yaitu jenazah beberapa orang kudus yang tidak rusak. Namun, ada beberapa orang yang menolak adanya fenomena ini dengan alasan, jenazah para kudus itu diberi lilin atau disimpan dalam peti yang kedap udara.
Memang benar beberapa jenazah para kudus itu diberi lilin dan disimpan dalam peti yang kedap udara. Akan tetapi, sebelum hal itu dilakukan, jenazah mereka telah terkubur di dalam tanah bertahun-tahun lamanya; waktu yang lebih dari cukup untuk membusukkan suatu jenazah. Selain itu, jenazah yang diberi lilin hanyalah bagian-bagian tertentu saja dari potongan tubuhnya. Oleh karena itu, seharusnya bagian yang tak diberi lilin pun akan membusuk, tetapi kenyataannya bagian yang tak diberi lilin itu juga tidak rusak.
Jenazah para kudus yang tak rusak ini ditemukan di lingkungan-lingkungan yang berbeda, termasuk dalam lingkungan yang sangat mendukung pembusukan jenazah. Beberapa di antaranya dalam temperatur yang cukup tinggi untuk membusukkan jenazah, kelembaban yang besar, bahkan ada yang tergenang dalam rawa. Padahal, sebelumnya jenazah itu tidak pernah mengalami proses pengawetan sama sekali. Jenazah-jenazah itu tetap bebas dari pembusukan sekalipun lingkungannya memiliki unsur-unsur yang lengkap untuk membusukkan jenazah. Yang lebih mengherankan lagi adalah sebagian besar jenazah itu adalah orang-orang kudus dalam Gereja Katolik. Bagaimana mungkin alam dapat memilih jenazah?
Selain kondisi jenazah yang tak rusak (inkoruptibilitas) ada pula tanda lain, yaitu keharuman surgawi. Ini merupakan sebuah fenomena yang beberapa kali ditemukan saat jenazah atau makam orang-orang kudus tertentu dibongkar. Keharuman ini biasanya tak dapat dibandingkan oleh keharuman apa pun di dunia. Kardinal Lambertini mengatakan ini sebagai sebuah mujizat, karena hampir tidak mungkin jenazah tidak berbau busuk. Dan lebih tidak mungkin lagi, ada jenazah yang harum. Hal ini hanya mungkin terjadi jika ada campur tangan kuasa adikodrati, yaitu kuasa Allah sendiri. Akan tetapi, perlu diingat bahwa iblis pun bisa mengeluarkan bau harum. Oleh karena itu, tanda keharuman ini harus dikaitkan dengan kekudusan orang tersebut ketika masih hidup.
Kardinal Prospero Lambertini, yang di kemudian hari menjadi Paus Benediktus XIV (1675-1758), menulis lima jilid buku berjudul “De Beatificatione Servorum Dei et de Beatorum Canonizatione.” Di dalamnya ia menulis pula tentang fenomena jenazah yang tak rusak ini, dengan judul “De Cadaverum Incorruptione.” Tulisan Kardinal Lambertini ini sampai sekarang tetap menjadi bahan referensi untuk kasus-kasus semacam ini.
Kriteria dari jenazah yang tak rusak adalah setelah dikubur selama bertahun-tahun tanpa mengalami proses pengawetan, tetap dapat mempertahankan rona, kesegaran, dan kelenturan seolah-olah hidup setelah mati bertahun-tahun. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, dapat dikatakan suatu mujizat. Ketidakrusakan jenazah, bisa menjadi salah satu tanda kekudusan seseorang. Secara spiritualitas, tanda demikian merupakan indikasi bahwa jenazah orang tersebut dipersiapkan untuk kebangkitan tubuh dengan mulia.
Akan tetapi, tidak semua para kudus itu jenazahnya utuh sepenuhnya. Ada juga yang hanya bagian-bagian tertentu saja yang utuh, sedangkan bagian lainnya hancur secara alami. Hal ini berlaku misalnya pada St. Yohanes Krisostomos, si lidah emas. Semasa hidupnya ia banyak mewartakan kebenaran iman dan membela ajaran iman Katolik. Berkat kotbah-kotbahnya, banyak orang yang tersentuh dan mengalami pertobatan. Setelah ia wafat, beberapa tahun kemudian kuburnya dibongkar dan didapatkan lidahnya masih utuh sekalipun bagian tubuh lainnya sudah hancur.
Fenomena-fenomena ini memang menimbulkan banyak pertanyaan. Mengapa beberapa jenazah para kudus itu bisa tahan bertahun-tahun, bahkan beberapa dekade, dan bahkan ada yang tahan beberapa abad? Akan tetapi, kemudian mengapa setelah tahan sedemikian lamanya jenazah itu pun akhirnya hancur secara alami? Bagaimana mungkin ada bagian tubuh yang masih bisa bertahan utuh padahal sudah terpisah dari badannya? St. Bernadette dan St. Therese dari Lisieux sama-sama gadis Perancis yang hidup di abad ke-19. Mereka sama-sama masuk biara pada usia muda dan meninggal pada usia muda. Akan tetapi, mengapa jenazah St. Bernadette utuh, sedangkan jenazah St. Therese ditemukan telah hancur secara alami ketika makamnya dibongkar? Jadi, mengapa tidak semua orang kudus jenazahnya utuh?
Gereja selalu menganjurkan agar kita mencari alasan ilmiahnya terlebih dahulu jika menemukan jenazah yang tidak rusak. Akan tetapi, memang dalam banyak kasus para ilmuwan masih belum dapat memberikan penjelasan ilmiahnya. Walau demikian, Gereja mengatakan bahwa jenazah yang tidak rusak tidak menjamin bahwa orang itu kudus. Memang betul, jenazah yang tidak rusak bisa menjadi tanda kekudusan, tetapi bukan berarti kalau ada jenazah yang tidak rusak, orang tersebut otomatis kudus. Kita perlu melihat bagaimana kehidupan orang itu, segala kebajikan-kebajikan selama hidupnya, singkatnya mengkaitkannya dengan kekudusan orang tersebut secara keseluruhan.
1. BEATO YOHANES XXIII
Pada suatu hari, Paus Yohanes Paulus II memerintahkan agar jenazah Paus Yohanes XXIII dipindahkan ke bagian atas dari Basilika St. Petrus agar umat beriman dapat datang mendekati jenazahnya dengan lebih mudah untuk menghormatinya. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Januari 2001 dilakukanlah pembongkaran makam Paus Yohanes XXIII yang dilakukan oleh Kardinal Sodano, Sekretaris Negara Tahta Suci, Kardinal Noe, Imam Agung Basilika St. Petrus, dan Leonardo Sandri. Selain itu, identifikasi jenazah merupakan prosedur yang normal dalam proses kanonisasi. Paus Yohanes XXIII telah dinyatakan sebagai Beato pada tanggal 3 September 2000. Jadi, tujuan lain pembongkaran makam ini adalah karena Paus Yohanes Paulus II ingin semakin menegaskan kekudusan dari paus pendahulunya tersebut. Kardinal Noe mengatakan bahwa pemeriksaan jenazah merupakan salah satu langkah penting dalam proses kanonisasi.
Paus Yohanes XXIII meninggal tanggal 3 Juni 1962. Hal ini berarti ketika pembongkaran makam dilakukan, jenazahnya telah terkubur selama sekitar 39 tahun! Namun, apa yang terjadi? Begitu peti jenazah dibuka, orang-orang terkejut melihat keadaan jenazah sang beato. Dalam kesaksiannya, Kardinal Noe mengatakan bahwa wajah Beato Paus Yohanes XXIII tampak “utuh dan damai.” Laporan resmi menyatakan, “Begitu kain selubung dibuka, wajah Beato tampak utuh, dengan kedua mata tertutup dan mulut sedikit terbuka, dengan roman muka yang segera mengingatkan orang pada penampilan familiar paus yang dihormati itu.” Kedua tangan Bapa Suci yang masih menggenggam sebuah rosario, juga masih utuh. Setelah diperiksa secara resmi, jenazah disemprot dengan bahan anti bakteri dan peti pun disegel kedap udara.
2. JENAZAH PARA KUDUS LAINNYA YANG TAK RUSAK
Sebuah buku yang berjudul “The Incorruptibles” (Tan Books, 1977) melaporkan sedikitnya ada 102 orang kudus dalam Gereja Katolik yang jenazahnya tidak rusak. Oleh karena itu, banyak umat beriman yang melihat fenomena jenazah yang tak rusak ini sebagai salah satu tanda kekudusan.
Santa Sesilia adalah orang kudus pertama yang ditemukan jenazahnya tidak rusak. Ia meninggal sebagai martir pada tahun 177 M di Roma. Pada tahun 1599 jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak membusuk.
Santa Agata meninggal pada tahun 251 M. Akan tetapi, pada abad ke-11, jenazahnya ditemukan dalam keadaan tidak rusak. Bagian dari tubuhnya yang tidak rusak itu masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Santa Bernadette Soubirous menerima penampakan dari Bunda Maria di Lourdes, Perancis. Ia meninggal pada tahun 1879, dan makamnya dibongkar 20 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1909. Saat itu ditemukan bahwa jenazahnya masih utuh dan sama sekali tidak ada kebusukan. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1919, kembali untuk keduanya kalinya makamnya dibongkar kembali. Dan untuk kedua kalinya pula ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada tahun 1923 makamnya dibongkar untuk ketiga kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih utuh. Pada saat itu tubuhnya dibuka, dan didapatkan organ-organ tubuhnya masih lemas. Ketika 46 tahun kemudian sesudah St. Bernadette wafat, para dokter melaporkan bahwa lever (hati) St. Bernadette masih lembut dan hampir seperti lever orang hidup yang normal. Saat ini, jenazahnya disimpan dalam kapel St. Bernadet di Nevers, Perancis. Semua orang masih dapat melihat jenazahnya yang utuh hingga saat ini.
Jenazah St. Teresa Avila (1515-1582) juga ditemukan tidak membusuk. Padahal, St. Teresa Avila dikubur di dalam lumpur yang basah.
Ketika St. Yohanes Salib meninggal tahun 1591, ia dimakamkan di bawah lantai sebuah gereja. Ketika makamnya dibuka 9 bulan kemudian, jenazahnya masih segar dan lengkap. Bahkan ketika jarinya dipotong untuk dijadikan relikwi, tubuhnya mengeluarkan darah sebagaimana layaknya seorang yang masih hidup. Setelah itu, kembali 9 bulan kemudian makamnya dibuka untuk kedua kalinya, dan ditemukan jenazahnya masih tetap dalam keadaan segar. Pembongkaran makam St. Yohanes Salib dilakukan lagi tahun 1859 dan 1909, dan jenazah tetap ditemukan dalam keadaan segar. Pembongkaran terakhir dilakukan tahun 1955, ini berarti sekitar 400 tahun sesudah wafatnya. Saat itu ditemukan jenazahnya masih utuh belum mengering dan masih lentur, walau ada sedikit perubahan pada warna kulitnya.
Seorang suster yang kudus dari Italia bernama St. Klara dari Montefalco ketika masih hidup berkata kepada para suster lainnya, “Jika engkau mencari salib Kristus, ambillah hatiku, dan engkau akan mendapatkan Kristus yang sedang menderita di sana.” Beberapa tahun setelah kematiannya, makamnya dibongkar. Saat itu, bukan saja ditemukan tubuhnya yang masih utuh. Bahkan, ketika para suster mengambil hatinya, ditemukan di sana tergores jelas sekali salib Kristus secara tipis, lengkap dengan kelima luka-Nya.
St. Sharbel Makhlouf adalah seorang rahib suci dari Lebanon. Setelah wafatnya, selama 45 malam makamnya memancarkan suatu cahaya yang khas. Menurut tradisi, jenazah biasanya membusuk dalam waktu 45 hari. Oleh karena itu, 45 hari kemudian makamnya dibongkar dan ditemukan jenazahnya masih utuh. Padahal dalam waktu 45 hari itu sempat ada hujan deras sekali sehingga jenazahnya ditemukan terendam di genangan lumpur. Kemudian jenazah St. Sharbel dikenakan pakaian baru dan dimasukkan ke dalam peti kayu, namun tubuhnya mengeluarkan minyak begitu banyaknya sampai-sampai bajunya harus diganti dua kali. Tahun 1927, berarti 29 tahun kemudian setelah kematiannya, makamnya kembali dibongkar dan dijumpai jenazahnya masih utuh dan lemas seperti tubuh orang hidup. Setelah itu ia dikuburkan kembali. Tahun 1950 para peziarah memperhatikan adanya minyak yang khas keluar dari makamnya. Saat itu banyak orang mengalami kesembuhan karena minyak tersebut. Akhirnya, kuburnya dibongkar kembali dan didapati jenazahnya masih utuh. Tubuh St. Sharbel ini tidak rusak selama 67 tahun dan akhirnya hancur seluruhnya pada tahun 1965.
3. KAITAN ANTARA KECANTIKAN FISIK DAN KECANTIKAN ROHANI
Semua orang mengatakan Bunda Maria sangat cantik tiada taranya, dan kita ketahui Bunda Maria adalah manusia terkudus sepanjang masa. Mereka yang pergi ke Nottuno, Italia, dapat memandang kecantikan dari St. Maria Goretti, dan bahkan sekalipun Beato Yohanes XXIII tidak dibilang tampan tetapi banyak orang senang memandang wajahnya. Pada kenyataannya, ada banyak jenazah para kudus yang ditemukan tidak rusak walau sudah meninggal bertahun-tahun lamanya. Adakah hubungannya antara kekudusan dengan kecantikan atau ketampanan?
Fenomena jenazah yang tak rusak ini mengajarkan banyak hal kepada kita. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa iman kita tidak hanya mempengaruhi rohani kita saja tetapi juga jasmani kita. Penjelmaan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus adalah sesuatu yang supernatural tetapi sekaligus sungguh nyata, ada dalam sejarah. Demikian pula kebangkitan-Nya merupakan hal yang adikodrati, tetapi sekaligus sungguh-sungguh riil.
Dengan kata lain, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak menyampaikan kepada kita bahwa ada keterkaitan yang erat antara dunia rohani dan dunia jasmani. Bukankah Allah dikatakan Mahakudus, tetapi sekaligus juga dikatakan Mahaindah? Memang kita tidak dapat merumuskan dengan tepat keterkaitan antara jiwa dan raga kita. Akan tetapi, apa yang kita lakukan terhadap jiwa kita akan mempengaruhi tubuh kita. Sebaliknya, apa yang kita lakukan terhadap tubuh kita akan mempengaruhi jiwa kita.
Pada zaman sekarang ini, diketahui bahwa banyak orang yang sakit kanker memiliki luka batin yang berat dalam hidupnya. Mereka yang berbeban berat, depresi, stress, akan langsung dikenali melalui wajahnya. Sebaliknya, mereka yang suci hatinya akan memancarkan sesuatu yang menyenangkan pada wajahnya, bahkan sekalipun mereka sedang sakit.
Dengan demikian, fenomena ini mengingatkan kita bahwa kita sebetulnya adalah bagian dari Tubuh Mistik Kristus dengan Kristus sendiri sebagai Kepalanya. Kristus yang adalah kepala menjadi sumber rahmat bagi seluruh anggota tubuh-Nya. Ia menyalurkan segala rahmat, karunia, dan keindahan-Nya ke seluruh bagian tubuh-Nya. Mereka yang melepaskan diri dari Kristus sama seperti ranting yang melepaskan diri dari pokoknya sehingga akhirnya akan mati dan kering. (bdk. Yoh 15:4-5) Semakin kita mengambil bagian dalam hidup Kristus, semakin kita mengambil bagian dalam kekudusan dan keindahan-Nya.
“Karena semua kaum beriman membentuk satu Tubuh saja, maka harta milik dari yang satu disampaikan kepada yang lain. Dengan demikian orang harus percaya bahwa di dalam Gereja ada pemilikan bersama. Yang paling utama dari semua anggota Gereja adalah Kristus, karena Ia adalah Kepala. Jadi milik Kristus dibagi-bagikan kepada semua anggota, dan pembagian ini terjadi oleh Sakramen-Sakramen Gereja” (St. Thomas Aquino).
4. APA YANG INGIN DISAMPAIKAN ALLAH?
Allah tentu punya rencana tertentu, mengapa ia membiarkan fenomena yang istimewa ini terjadi sepanjang sejarah Gereja. Selain menyadarkan kita akan adanya keterkaitan antara jasmani dan rohani, fenomena jenazah yang tak rusak ini hendak mengingatkan kita pula akan adanya kebangkitan orang-orang mati pada kedatangan Yesus yang kedua. Saat itu, mereka akan menerima kembali seluruh tubuhnya secara utuh.
“Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:28-29).
Pada akhirnya, fenomena ini hendak menunjukkan bahwa sampai saat ini mujizat masih terjadi. Allah mengkomunikasikan diri-Nya melalui segala mujizat yang dapat kita saksikan. Allah masih bekerja di tengah-tengah kita, karena kasih-Nya setia, abadi selamanya.
5. JENAZAH PARA KUDUS LAINNYA YANG TAK RUSAK DAN MASIH DAPAT KITA LIHAT SAMPAI SAAT INI
St. Zita meninggal pada tahun 1272 di sebuah desa dekat kota Lucca, Italia. Pada tahun 1580, jenazahnya ditemukan tidak rusak dan akhirnya dibaringkan di Gereja St. Frigidian agar umat dapat menghormatinya dengan lebih mudah.
St. Catherine Laboure (1806-1876), jenazahnya ditemukan utuh pada tahun 1933. Kini kita dapat melihat jenazahnya di Paris.
St. Yohanes Maria Vianney dari Ars, meninggal tahun 1859 dan jenazahnya ditemukan dalam keadaan baik tahun 1904. Kita masih dapat melihat jenazahnya di Ars, Perancis.
St. Vincentius Palloti meninggal tahun 1850 dan makamnya dibongkar dua kali, yaitu tahun 1906 dan 1950. Jenazahnya yang tidak rusak masih dapat kita lihat sekarang di Onda, Italia.
St. Teresa Margareta Redi meninggal tahun 1770 dan ditemukan jenazahnya masih utuh pada tahun 1783. Jenazahnya dapat kita lihat di Firenze, Italia.
St. Andreas Bobola, meninggal tahun 1657. Setelah 40 tahun kemudian jenazahnya ditemukan masih utuh. Kita dapat melihatnya sekarang di Warsawa, Polandia.
St. Catarina dari Bologna, Italia (1413-1463), jenazahnya diletakkan dalam keadaan sedang duduk di atas sebuah kursi sampai saat ini. Berarti, sudah selama sekitar 500 tahun!
St. Rita dari Cascia (1381-1457), jenazahnya dapat dilihat dalam sebuah peti kaca di Cascia, Italia. Kebanyakan orang di sana sudah terbiasa melihat posisi jenazah St. Rita yang kadang berubah, bahkan matanya kadang terbuka kadang terpejam, seolah masih hidup.
St. Sperandia, meninggal tahun 1276, dan kita dapat melihat jenazahnya di Cingoli, Italia. Dari dalam tubuhnya keluar suatu keharuman yang manis.
Sebetulnya masih ada beberapa jenazah orang kudus yang masih dapat dilihat sampai saat ini karena masih belum rusak, antara lain St. Maria Goretti (1890-1902), St. Fransiskus Xaverius (1506-1552), St. Anna Maria Taigi, dan lain-lain.
Gambar : PADRE PIO.
Artikel Katolikisme Roma Vatikan Santo Santa
This Is The Last Article
0 Comment